Finance
Gaza Kembali Mendapatkan Tembakan Dari Israel
Gaza Kembali Mendapatkan Tembakan Dari Israel

Gaza Kembali Mendapatkan Tembakan Dari Israel Terhadap Warga Yang Tengah Menunggu Truk Bantuan PBB Pada 20 Juli 2025. Kekerasan meningkat tajam di Jalur Gaza ketika pasukan Israel, Menyebabkan puluhan hingga ratusan korban jiwa. Sedikitnya 67 orang tewas di wilayah utara ketika orang-orang mencoba menerima bantuan pangan. Sementara enam orang lain tewas di wilayah selatan; menurut Kementerian Kesehatan Gaza, ratusan lainnya juga terluka dalam insiden tersebut. Disisi lain, militer Israel menyatakan bahwa pasukannya hanya melepaskan tembakan peringatan terhadap kerumunan yang di anggap menimbulkan ancaman keamanan. Dan menegaskan bahwa mereka tidak sengaja menargetkan bantuan kemanusiaan secara langsung.
Saksi mata dan lembaga internasional, termasuk UN World Food Programme, menyampaikan kecaman keras atas insiden tersebut. Konvoi bantuan dari PBB yang terdiri dari 25 truk di blokade oleh kerumunan warga lapar. Dan kemudian terjebak dalam kekacauan ketika pasukan Israel membuka tembakan secara tiba-tiba. Dalam laporan lain, hingga 79-85 warga Palestina di perkirakan tewas di titik distribusi bantuan di Zikim dan wilayah persimpangan lainnya ketika kerumunan membludak dan korban berjatuhan.
Krisis ini terjadi di tengah situasi yang semakin memburuk: lebih dari 87% wilayah Gaza kini berada di bawah kontrol militer Israel atau terlibat dalam evakuasi paksa. Mengakibatkan 2,1 juta warga tinggal dalam area sempit—dengan akses layanan dasar yang runtuh total. Akibat blokade dan kekurangan logistik, kondisi kelaparan merajalela; puluhan anak di laporkan tewas karena malnutrisi, sementara persedian bantuan nyaris habis.
Serangan juga menyasar wilayah di Deir al-Balah dan Khan Younis, dengan operasi darat dan penembakan demi “mencari sandera” dan menyerang dugaan posisi kelompok bersenjata Hamas. Kendati Israel menyatakan operasi bersifat taktis, dampaknya sangat fatal bagi warga sipil. Termasuk anak-anak dan pengungsi di kamp-kamp internal gulung tikar.
Awal Mula Israel Kembali Menyerang
Awal Mula Israel Kembali Menyerang Gaza pada Juli 2025 tidak dapat di pisahkan dari eskalasi ketegangan yang telah berlangsung sejak Oktober 2023. Namun, serangan terbaru yang menargetkan warga sipil. Terutama mereka yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan—di picu oleh situasi kemanusiaan yang sangat genting di Jalur Gaza. Kelaparan yang semakin parah, keterbatasan akses bantuan, serta laporan-laporan bahwa kelompok bersenjata seperti Hamas masih aktif di wilayah padat penduduk. Menjadi alasan utama yang dikemukakan oleh pihak militer Israel untuk kembali melakukan serangan.
Pada 20 Juli 2025, serangan besar di lancarkan di utara dan selatan Gaza, terutama di wilayah seperti Zikim dan Deir al-Balah. Menurut pihak militer Israel, serangan ini merupakan bagian dari upaya “pengamanan wilayah distribusi bantuan” dan “menghentikan ancaman dari kelompok militan yang berbaur dengan warga sipil.” Namun, laporan dari rumah sakit, PBB, dan saksi mata menyebutkan bahwa tembakan diarahkan langsung ke kerumunan warga sipil yang tengah mengantre makanan. Menyebabkan puluhan hingga lebih dari 90 orang tewas.
Serangan ini juga terjadi di tengah tekanan internasional terhadap Israel untuk menghentikan perluasan serangan darat di Gaza. Namun, pihak Israel menyatakan bahwa mereka harus “mengeliminasi ancaman dari bawah tanah”. Merujuk pada dugaan terowongan militan Hamas yang di sebut masih aktif di beberapa wilayah pengungsian. Hal ini di jadikan alasan oleh militer untuk terus melakukan serangan, bahkan di area yang sebelumnya di anggap sebagai “zona aman” bagi warga sipil.
Dengan latar belakang kegagalan gencatan senjata dan proses negosiasi yang stagnan. Serta penolakan Israel terhadap seruan internasional untuk membuka akses bantuan secara penuh. Maka serangan 20 Juli menjadi puncak dari ketegangan berlarut-larut. Tragisnya, warga sipil tetap menjadi korban utama di tengah tarik-menarik kepentingan politik dan militer kedua pihak.
Kementerian Kesehatan Gaza Mencatat Bahwa Lebih Dari 58.000 Warga Palestina Tewas
Sejak di mulainya kembali ofensif Israel pada 18 Maret 2025, Kementerian Kesehatan Gaza Mencatat Bahwa Lebih Dari 58.000 Warga Palestina Tewas. Termasuk ribuan anak-anak dan perempuan, sebagai dampak langsung dari serangan udara, tembakan, dan operasi militer darat. Angka ini mencakup lebih dari 17.400 anak-anak, yang menjadi korban paling rentan dalam konflik.
Antara 2 hingga 9 Juli 2025, terdapat laporan bahwa sekitar 668 warga Palestina tewas dan 2.817 terluka akibat serangan di berbagai kawasan Gaza. Terutama dari tanggal 27 Mei hingga 7 Juli, sekitar 798 orang tewas dekat lokasi distribusi bantuan atau rute konvoi kemanusiaan yang di kelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF). Termasuk 615 tewas di sekitar lokasi GHF dan 183 di sepanjang rute bantuan.
Insiden paling mematikan terjadi pada 20 Juli 2025, ketika pasukan Israel melepaskan tembakan di kerumunan warga yang tengah menunggu truk bantuan PBB di pintu masuk Zikim. Sehingga sedikitnya 67 orang tewas di utara Gaza dan 6 lainnya di wilayah selatan. Total korban tewas tercatat 85 orang, dengan lebih dari 150 lainnya luka-luka. Beberapa laporan internasional menyebut korban bisa mencapai 93 orang tewas dalam insiden tersebut.
Selain itu, sejak awal Juli hingga menjelang 20 Juli, korban tewas yang berusaha mengakses bantuan mencapai sekitar 743 hingga 875 orang. Menunjukkan pola serangan sistematis terhadap para pencari bantuan kemanusiaan.
Secara keseluruhan, data terbaru menunjukkan bahwa konflik yang terus berlangsung sejak akhir 2023 telah menewaskan puluhan ribu warga sipil di Gaza. Terutama kelompok rentan seperti anak-anak dan perempuan menanggung beban terbesar dari berbagai insiden serangan. Situasi ini memperparah krisis kemanusiaan yang sudah kritis, dimana akses bantuan sangat terbatas dan banyak korban jatuh di titik distribusi makanan.
Reaksi Publik Terhadap Kembalinya Serangan Israel Ke Gaza Pada Juli 2025
Reaksi Publik Terhadap Kembalinya Serangan Israel Ke Gaza Pada Juli 2025 menunjukkan gelombang kemarahan, keprihatinan, dan kecaman dari berbagai kalangan global. Serangan yang menyebabkan puluhan warga sipil tewas saat sedang menunggu bantuan kemanusiaan memicu respons emosional yang luas. Baik dari masyarakat internasional maupun warga sipil di negara-negara Timur Tengah, Eropa, hingga Amerika Latin.
Di media sosial, tagar seperti #StopGazaMassacre, #FreePalestine, dan #CeasefireNow kembali menjadi tren global. Banyak pengguna yang membagikan video, foto, dan kesaksian para korban serta tenaga medis di lapangan. Memperlihatkan kondisi tragis di Gaza, termasuk anak-anak yang terluka dan warga sipil yang tewas tanpa sempat mendapat pertolongan. Platform seperti X (Twitter), Instagram, dan TikTok menjadi ruang digital untuk menyuarakan solidaritas dan protes terhadap agresi yang dianggap berlebihan tersebut.
Protes besar-besaran terjadi di berbagai kota dunia, seperti London, Paris, Jakarta, Istanbul, dan New York. Massa turun ke jalan menyerukan gencatan senjata permanen, menyampaikan kecaman terhadap pemboman fasilitas bantuan. Serta menuntut negara-negara besar untuk bertindak nyata menghentikan kekerasan. Beberapa demonstrasi juga di lakukan di depan kedutaan besar Israel.
Organisasi kemanusiaan internasional seperti Doctors Without Borders (MSF), Amnesty International, dan Human Rights Watch juga merilis pernyataan resmi. Menuduh Israel melanggar hukum humaniter internasional dan mengabaikan prinsip perlindungan terhadap warga sipil. Mereka menyatakan bahwa menyerang titik distribusi bantuan adalah tindakan “tidak dapat di benarkan dalam bentuk apapun.”
Di sisi lain, sebagian publik di Israel dan negara pendukungnya masih terbagi pandangan. Beberapa mendukung operasi militer dengan alasan keamanan nasional dan penghentian ancaman dari Hamas. Namun, terdapat pula suara-suara dari kelompok damai Israel yang menyerukan penghentian serangan dan pemulihan diplomasi.
Secara keseluruhan, reaksi publik global di dominasi oleh kecaman dan seruan kuat agar konflik segera di akhiri. Mengingat korban jiwa semakin tak terelakkan dan penderitaan warga sipil terus memburuk. Itulah tadi beberapa ulasan mengenai warga Gaza.