News

Crystal Palace Belum Terkalahkan, Usai Kalahkan Liverpool
Crystal Palace Belum Terkalahkan, Usai Kalahkan Liverpool

Crystal Palace Berhasil Mencuri Perhatian Dengan Kemenangan Dramatis 2-1 Atas Liverpool, Mengakhiri Rekor Sempurna The Reds Musim Ini. Kemenangan itu di pastikan oleh gol Eddie Nketiah di masa injury time, tepatnya pada menit ke-97, setelah pertandingan tampak akan berakhir imbang.
Sejak menit awal, Palace sudah menekan. Gol pembuka datang cepat pada menit ke-9 melalui Ismaïla Sarr, memanfaatkan bola muntah dari upaya clearing Liverpool yang gagal di tangani dengan baik. Liverpool mencoba bangkit, terutama melalui tekanan di babak kedua; akhirnya, Federico Chiesa menyamakan kedudukan pada menit ke-87. Namun momentum itu dibalas tajam: Nketiah memanfaatkan umpan panjang hasil throw-in dari Jefferson Lerma yang dibelokkan oleh Marc Guéhi untuk menaklukkan pertahanan Liverpool dan membawa Palace memenangkan laga.
Liverpool tampak kurang maksimal, terutama di babak pertama, di mana mereka kesulitan membongkar pertahanan tuan rumah. Kiper Dean Henderson tampil gemilang menahan beberapa peluang berbahaya dari Mohamed Salah, Pino, dan Mateta. Arne Slot, pelatih Liverpool, mengakui bahwa Palace memang pantas meraih kemenangan. Ia menyebut bahwa timnya melakukan kesalahan taktik dan kurang konsentrasi, terutama dalam pertahanan pada masa tambahan waktu.
Bagi Crystal Palace, kemenangan ini bukan sekadar soal tiga poin. Dengan hasil tersebut, mereka menjadi satu-satunya tim yang belum terkalahkan musim ini dan menyamai rekor unbeaten klub mereka dalam 18 pertandingan. Kemenangan atas Liverpool juga memberi sinyal bahwa ambisi Palace musim ini lebih dari sekadar bertahan di liga.
Sementara Liverpool, meski tetap memuncaki klasemen, harus mengevaluasi performa dan konsistensi mereka. Van Dijk menyampaikan bahwa timnya harus belajar dari pertandingan ini agar tidak kehilangan momentum dalam perebutan gelar.
Secara keseluruhan, kemenangan spektakuler Crystal Palace atas Liverpool menjadi salah satu pertandingan paling menarik awal musim ini dan menegaskan bahwa dalam sepak bola, kemenangan bisa datang pada detik terakhir kapan saja.
Crystal Palace Tampil Dengan Mental Dan Taktik Yang Sangat Solid
Match di Selhurst Park tersebut memperlihatkan bahwa Crystal Palace Tampil Dengan Mental Dan Taktik Yang Sangat Solid. Memanfaatkan peluang dari kelemahan lawan, sambil mempertahankan disiplin defensif tinggi. Sejak menit awal, Palace sudah menekan dan berhasil membuka skor pada menit ke-9 melalui Ismaïla Sarr. Berkat kesalahan clearing oleh Liverpool dari sebuah corner dan bola pantul yang jatuh pas untuk di selesaikan Sarr.
Liverpool mencoba merespons, tetapi sering terjebak dalam pertahanan rapat Palace. Beberapa peluang mereka di blok atau di tepis dengan baik oleh kiper Dean Henderson. Sementara itu, Palace tidak sekadar bertahan. Mereka aktif menyerang balik dan mengalihkan permainan dari sisi ke sisi untuk melebar pertahanan Liverpool yang tampak tertata sedikit rapat di tengah.
Pada babak kedua, Liverpool mulai menekan lebih intens, mengganti formasi dan mencoba mempersempit ruang gerak Palace. Namun, Palace tetap mempertahankan struktur defensif dan memilih momen yang tepat untuk menyerang balik. Liverpool akhirnya berhasil menyamakan lewat Federico Chiesa pada menit ke-87 setelah memanfaatkan peluang dari chaos di kotak penalti.
Meski demikian, Palace tidak kehilangan fokus. Di injury time — tepatnya menit ke 97 — Palace mendapat gol kemenangan dramatis. Umpan panjang hasil throw-in dari Jefferson Lerma dibelokkan oleh Marc Guéhi dan jatuh ke Nketiah yang melakukan finishing tajam. Gol ini sempat dicek VAR sebelum di sahkan.
Manajer Palace, Oliver Glasner, memuji kinerja timnya terutama di babak pertama sebagai “yang terbaik” dan menyebut kemenangan itu pantas diraih. Sementara pelatih Liverpool, Arne Slot, mengakui bahwa timnya tampil buruk di babak pertama dan melakukan kesalahan dalam bertahan terutama dari set pieces dan situasi bola mati.
Secara keseluruhan, permainan Crystal Palace menonjol lewat keseimbangan yang baik antara pertahanan disiplin, efektivitas dalam menyerang balik, dan ketenangan dalam mengeksekusi peluang di momen krusial. Kualitas yang menuntun mereka meraih kemenangan dramatis atas Liverpool.
Tim Asuhan Arne Slot Terlihat Kehilangan Ritme Dan Agresivitas Yang Biasanya Menjadi Ciri Khas Mereka
Liverpool tampil kurang maksimal sejak menit awal. Di babak pertama, Tim Asuhan Arne Slot Terlihat Kehilangan Ritme Dan Agresivitas Yang Biasanya Menjadi Ciri Khas Mereka. Tekanan tinggi dan pressing intens yang di harapkan gagal di jalankan secara kohesif. Terdapat celah besar dalam organisasi lini tengah dan pertahanan. Pemain Liverpool sering terlambat dalam melakukan cover atau recovery, sehingga Palace bisa mengeksploitasi ruang terutama di sisi sayap dan situasi bola mati.
Serangan Liverpool terlihat dominan dalam penguasaan bola di babak kedua, mereka menciptakan sejumlah peluang besar lewat pemain depan seperti Darwin Núñez dan Mohamed Salah. Namun, eksekusi penyelesaian akhir (finishing) menjadi masalah besar. Banyak peluang bagus yang terbuang karena keputusan yang terburu-buru atau penyelesaian yang meleset. Kiper lawan juga tampil baik dalam beberapa situasi satu lawan satu.
Kelemahan yang tampak juga adalah pertahanan pada saat bola mati dan situasi set piece. Gol kemenangan Palace di menit akhir lahir dari sebuah kesalahan defensif: pemain Liverpool yang maju terlalu banyak sementara pertahanan retak pada saat Palace melakukan serangan ulang setelah sebuah lemparan panjang. Kesalahan taktikal ini menjadi penentu kekalahan.
Selain itu, aspek mental dan kepercayaan diri juga terlihat menurun, terutama setelah Palace unggul dan menjaga keunggulan. Klub tidak bisa segera mengatasi tekanan dan terkesan frustrasi karena peluang terus datang tetapi tidak bisa di konversi. Manajer Slot dan kapten seperti Virgil van Dijk menyebut bahwa kekalahan ini di sebabkan oleh kurangnya keyakinan dan performa yang tidak sepenuhnya “terhubung” sebagai tim.
Secara keseluruhan, meskipun Liverpool memiliki potensi serangan dan beberapa peluang penting, kombinasi dari performa buruk di babak pertama. Kemudian finishing yang kurang efektif, pertahanan yang rawan, dan kesalahan mental menjadi faktor utama mereka kalah. Kekalahan ini bukan hanya soal strategi atau taktik, tapi juga soal eksekusi dan kontrol emosi dalam tekanan di laga yang penting.
Di Bawah Asuhan Manajer Oliver Glasner, Palace Memulai Liga Dengan Rekor Tanpa Kekalahan Yang Terus Bertahan
Musim 2025-26 membawa Crystal Palace ke puncak performa yang jarang terlihat dalam beberapa tahun terakhir. Di Bawah Asuhan Manajer Oliver Glasner, Palace Memulai Liga Dengan Rekor Tanpa Kekalahan Yang Terus Bertahan, menjadikan mereka satu-satunya tim Premier League yang belum kalah di tahap awal musim ini. Kemenangan dramatis atas Liverpool dengan skor 2-1, yang di cetak oleh Eddie Nketiah di masa injury time, mempertegas status mereka sebagai tim yang harus di perhitungkan.
Kunci di balik keberhasilan unggul ini adalah keseimbangan antara pertahanan kukuh dan serangan balik yang efektif. Palace tidak selalu mendominasi penguasaan bola, tetapi mereka sangat disiplin dalam bertahan, memanfaatkan kekosongan di lini belakang lawan lewat pressing dan serangan balik cepat. Marc Guéhi, Chris Richards, dan Maxence Lacroix telah memberikan stabilitas besar di lini belakang, sementara pemain seperti Ismaïla Sarr dan Jean-Philippe Mateta sukses memanfaatkan peluang yang ada.
Selain itu, keberhasilan ini juga didorong oleh kedewasaan mental dan kebugaran fisik yang tinggi. Glasner mengangkat aspek kebugaran sebagai faktor penting tim tampak mampu mempertahankan intensitas hingga detik akhir. Bahkan dalam pertandingan berat melawan Liverpool atau saat laga berada dalam fase kritis.
Rekor tak terkalahkan ini pun melampaui beberapa catatan klub sebelumnya. Sebelumnya, Crystal Palace sudah menjalani rangkaian 17 pertandingan tanpa kekalahan di semua kompetisi. Kemenangan melawan Liverpool membawa rekor tersebut makin mendekati catatan sejarah terbaik mereka, 18 pertandingan tak kalah.
Meskipun belum sempurna ada beberapa hasil imbang yang memakan poin. Kesolidan Palace sebagai tim tengah atas yang tidak pernah diam dalam perburuan poin sangat terlihat. Fans dan pengamat mulai menunjukkan optimism besar bahwa musim ini bisa menjadi titik balik bagi Palace. Bukan hanya bertahan di liga, tetapi juga bersaing di posisi papan atas Crystal Palace.